Selasa, 29 Desember 2015

Mbah Mutamakin Kajen Pati



MENGENAL MBAH MUTAMAQIN
Kajen terletak di kecamatan margoyoso kabupaten Pati, tepatnya 18 km dari kota Pati arah utara. Di Desa ini tidak ada sawah sama sekali walaupun demikian roda Ekonomi di Desa ini berputar sangat kencang, sehingga di Desa kajen terdapat banyak bangunan-bangunan yang menjulang tinggi, seperti Pondok Pesantren, Gedung Madrasah-madrasah, dan rumah penduduk Desa kajen. Mayoritas penduduk bermata pencaharian sebagai Wiraswasta sehingga banyak ditemukan toko, warung, dan rental di desa ini. Bahkan disepanjang jalan Ngemplak-Bulumanis berjajar toko-toko yang menawarkan aneka produk.
Di desa ini juga terdapat banyak sekali pondok pesantren putra-putri, hamper 34 pondok pesantren, diantaranya, Kulon Banon, salafiyah, PMH, Al-Kautsar, dll. Dan terdapat juga  madrasah-madrasah yang banyak, diantaranya Matholiul Falah. . Di desa ini juga terdapat makam waliyullah, yaitu Ahmad Mutamaqin.
Ahamad Mutamaqin lahir di Tuban, adalah seorang ulama besar yang menyebarkan agama Islam skitar abad 17. Menurut masyarakat beliau adalah cicit dari Jaka tingkir dari bapak yang bernama Pangeran Benawa II, Banyak murid-murid dan keturunan beliau yang menjadi Ulama'-ulama' besar di zamannya. Dari murid beliau diantaranya Syeikh Ronggo Kusumo, Syeikh Badar, Syeikh Mizan, dll. Sedangkan keturunannya antara lain Syeikh Hendro Muhammad, KH Bagus, KH Abdussalam, KH Nawawi, KH Sirodj, KH Abdullah Salam, KH Baidlowi Sirodj, KH Hasyim Asy'ari, KH Bisri Syamsuri, KH Sahal Mahfudz, Gus Dur, dll. Setiap tanggal 9 syuro/9 muharam ada kegiatan rutin untuk khaul Syekh Ahmad al-Mutamakkin, ini menjadi suatu agenda tersendiri bagi desa kajen.
Ahmad Mutamakin mempunyai kisah yang sangat luar biasa. Suatu malam, Mbah Mutamakkin melihat sinar yang terang di langit. Karena heran, kemudian beliau mencari dari mana asal sinar tersebut. Ternyata sinar tersebut adalah sinar K.H. Syamsuddin, pemangku Desa Kajen yang sedang melaksanakan shalat tahajjud. Salah satu contohnya, K.H. Ahmad Mutamakkin melakukan riyadah (tirakat) selama 40 hari puasa, siang malam, tidak makan dan minum. Pada hari terakhir puasanya, K.H. Ahmad Mutamakkin menyuruh istrinya membelikan makanan yang paling disukainya di pasar. Setelah makanan itu matang, bahkan baru hangat-hangatnya dan menjelang magrib, K.H. Ahmad Mutamakkin justru berkelakuan aneh. Dia menyuruh istrinya mengikatnya di sebuah tiang. Pada saat magrib tiba, nafsu makannya menggelora dengan dahsyat. Di depannya tersedia makanan yang paling disukainya. Pertarungan nafsu dan qalbun salim (hati yang bersih/selamat) akhirnya dimenangkan oleh qalbun salim. Ajaibnya, dari dalam perutnya keluar dua anjing. Kedua binatang yang melambangkan bentuk nafsu makan itu langsung memakan habis makanan yang tersedia di depannya. Namun, kemudian ingin masuk ke dalam perutnya lagi. K.H. Ahmad Mutamakkin menolak dan akhirnya kedua anjing tersebut menjadi khadim (pembantu) setia K.H. Ahmad Mutamakkin dalam perjuangannya. Kedua anjing itu kemudian diberi nama Qomaruddin dan Abdul Qohhar (konon katanya kedua nama itu diambil dari nama penguasa zalim dari Tuban).
Terdapat pla suatu adat di makam ini yaitu adat suronan. Adat Peringatan Suronan atau 10 Syuro Tradisi 10 Syura ini merupakan sebuah bentuk tradisi yang hidup dan berkembang di desa Kajen Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati yang diwariskan secara turun temurun dan dirayakan setiap tahun dimana penyampaiannya secara lisan dan merupakan milik bersama pendukungnya. Awal mula dilaksanakannya tradisi 10 Syura, Syekh Ahmad Al- Mutamakkin ini adalah untuk mengenang akan jasa – jasa beliau sebagai tokoh agama Islam dan menghargai jasa ilmu yang beliau turunkan. Fungsi dari tradisi 10 Syura ini adalah sebagai penghormatan terhadap leluhur, sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah SWT, sebagai gotong royong dan kebersamaan, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT. Tempat perayaan dan ritual ini berlangsung di makam Syekh Kyai H. Ahmad Mutamakkin yang berada di tengah-tengah desa Kajen dan sekitarnya. Pelaksanaan 10 Syura ini dimulai dari pembentukan panitia. Panitia ini ada dua yaitu panitia makam dan panitia desa. Panitia makam sendiri yang terdiri dari keluarga besar dari keturunan Syekh Ahmad Mutamakin dan orang – orang pengelola makam. Panitia makam ini bersifat tetap dan ditunjuk secara turun temurun. Tugas dari panitia makam ini mengadakan ritual yang berada di pesarean. Sedangkan panitia desa dibentuk dari instansi pemerintah desa dan disahkan oleh Kepala desa. Tugas dari panitia desa mengadakan acara diluar makam yang bersifat pemeriahan, misalnya diadakannya karnaval, perlombaan bola voli, bulu tangkis dan tempat – tempat para pedagang yang datang dan ikut memeriahkan tradisi ini. Persiapan untuk acara inti yang berada di makam atau waktu pelaksanaan acara Khaul Syekh Ahmad Al-Mutamakkin oleh warga masyarakat desa Kajen dan sekitarnya adalah dengan mempersiapkan besek dan ambengan. Setiap keluarga dengan sukarela membuat 3 besek dan ambengan yang kemudian diserahkan kepada panitia makam sebagai bancakan atau makanan bagi para peziarah nantinya. Agar makanan dalam besek tersebut mendapat barokah bagi siapa saja yang mendapatkannya, maka sebelum dibagikan kepada peziarah, sebelumnya makanan tersebut didoakan. Seluruh warga masyarakat yang berasal dari desa Kajen dan sekitarnya yang sengaja berkunjung pada acara ritual berlangsung akan mendapatkan besek tersebut.
Tradisi ritual 10 Syura Syekh Ahmad Al-Mutamakkin ini didalamnya terdapat bebarapa kegiatan yang dilaksanakan selama empat hari berturut-turut, yaitu mulai tanggal 6 Syura sampai pada penutupan yang dilaksanakan pada tanggal 10 Syura. Adapun rangkaian ritual keagamaan yang dilaksanakan antara lain; Tahtiman Al-Quran Bilghoib dan Binnadhor, buka selambu dan pelelangan, serta tahlil khoul. Serangkaian ritual ini dimulai dengan manaqiban pembukaan di pesareyan pada tanggal 6 suro. Acara yang kedua yaitu Tahtiman Al-Quran Bil-ghoib Acara ini dilaksanakan pada tanggal 7 Syura. Acara yang ke tiga Tahtiman Al-Quran Binnadhor pada tanggal 8 Syura. Tahtiman dilakukan oleh khalayak umum dan dihadiri oleh para Kyai yang diundang dan juga masyarakat pendukung yang berasal dari desa Kajen dan sekitarnya. Tahtiman Al-Quran ini dilakukan oleh laki – laki dan perempuan, yang laki-laki bertempat di pesareyan sedangkan yang perempuan bertempat disekitar pesareyan. Biasanya para warga desa Kajen dan sekitarnya diminta bantuannya secara sukarela untuk menyediakan nasi besekan 3 besek untuk diberikan kepada para tamu yang datang. Pada tanggal 9 Syura Acara buka selambu (kain luwur) makam dan dilanjutkan acara pelelangan selambu makam Syekh Ahmad Al-Mutamakkin ini merupakan acara puncak. Tradisi ini dihadiri oleh semua orang dari berbagai kalangan. Sebelum acara buka selambu dimulai didahului dengan tahlilan terlebih dahulu. Setelah pelelangan biasanya para orang-orang yang mendatangi acara tersebut dan para zairin – zairot berebut nasi ambeng yang telah didoakan terlebih dahulu. Diantara nasi ambeng itu terdapat piring panjang bekas tempat makan dari mbah mutamakin. Piring panjang tersebut juga diisi makanan yang dimasak dari kyai desa kajen dari salah satu keturunan mbah mutamakin yang menyimpan piring tersebut. Piring ini berbentuk bulat namun lebar. Selain pembagian makanan ada juga ritual meminum air oleh para tamu dengan menggunakan tempat minum yang dahulunya dipakai mbah mutamakin untuk minum yang terbuat dari kuningan. Pada siang harinya acara pemeriahan suronan ini di adakannya karnaval dan pentas seni dari berbagai daerah sekitar pati, kudus, jepara dan sekitarnya. Selanjutnya pada tanggal 10 Syura merupakan acara penutupan dengan ritual manaqiban penutup dilanjutkan dengan tahlil. Selain acara inti dari suronan tersebut biasanya perguruan – perguruan turut memeriahkan tradisi ini. Di Perguruan Matholiul Falah diadakannya Batsul Masail yang dihadiri para kyai – kyai, di Kampus STAI Mathaliul Falah sendiri juga mengadakan ExPo yang dikunjungi oleh berbagai kalangan, di stand “Wes go mampir...” dari prodi PMI terdapat aneka makanan dan minuman, di stand – stand lain juga ada bazar buku, batik, makanan – makanan ringan, grosir pakaian, serta pagelaran pertas seni dan budaya lainnya, sedangkan di perguruan Salafiyah mengadakan pagelaran pentas seni dan budaya.